BatamNusantara

Tak Peduli Risiko Pelecehan hingga Kematian, Alasan Ini Bikin Orang Nekat Jadi PMI Ilegal

341
×

Tak Peduli Risiko Pelecehan hingga Kematian, Alasan Ini Bikin Orang Nekat Jadi PMI Ilegal

Share this article
Nusa Tenggara Timur adalah salah satu provinsi termiskin di Indonesia, menjadikannya lahan subur untuk diincar agen ilegal. Foto: Shutterstock
banner 468x60

Gudangberita.co.id, Batam – Sejak 2020, hampir dua ribu orang pekerja migran Indonesia meninggal akibat pelecehan, kecelakaan atau penyakit.

Tanpa dokumentasi yang tepat, akses ke perawatan kesehatan atau perlindungan dari agen berlisensi pemerintah, pekerja Indonesia seringkali rentan terhadap eksploitasi.

Advertisement
Example floating
Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Nusa Tenggara Timur adalah salah satu provinsi termiskin di Indonesia, menjadikannya lahan subur untuk diincar agen ilegal. Foto: Shutterstock

Suster Laurentina tahu betul risiko yang dihadapi para pekerja migran Indonesia yang pergi ke luar negeri untuk mencari nafkah.

Baca Juga:  Kisah Tragis Windi, Driver Ojol Perempuan di Batam yang Pergi Tanpa Pertolongan

Sejak 2017, biarawati Katolik itu telah memulangkan 628 jenazah – hampir semuanya dari Malaysia – ke Nusa Tenggara Timur, di mana ia mengelola tempat penampungan bagi para migran yang mengalami pelecehan.

Bahaya dan eksploitasi semakin besar ketika orang Indonesia menerima pekerjaan melalui perekrut curang yang membuat janji-janji besar, katanya.

Sejak pandami dan krisis banyak yang nekat menyeberang secara nonprosedural atau menjadi PMI Ilegal

Baca Juga:  Nyaris Diculik "Polisi Gadungan", Wanita di Batam Ini Selamat Berkat HP dan Video

“Orang-orang putus asa dan dapat jatuh ke dalam perangkap menggunakan jalur ilegal ini,” katanya, banyak yang melakukan perjalanan menggunakan dokumen palsu atau dibawa dengan perahu motor yang penuh sesak, seringkali dari Batam yang bertetangga dengan Malaysia.

Suster Laurentina telah memulangkan lebih dari 600 jenazah pekerja migran Indonesia ke Nusa Tenggara Timur dalam enam tahun terakhir. Foto: ist

Kematian para pekerja ini dapat disebabkan oleh kondisi kerja yang ekstrim, masalah kesehatan, kelaparan dan dalam beberapa kasus, bunuh diri, kata Suster Laurentina, seraya menambahkan bahwa “begitu banyak keluarga” telah tersentuh oleh tragedi tersebut.