Gudangberita.co.id, Batam – Inisiasi Masyarakat Adat (IMA) menyoroti keberadaan suku laut di Batam yang memprihatinkan. Eksistensi mereka secara ekonomi, sosial dan budaya terancam.
Seperti diketahui, IMA dibentuk untuk mengadvokasi kelompok masyarakat adat (indigenous peoples) dan suku-suku (tribes) yang ada di Indonesia.
Ketua IMA, Nukila Evanty menyebut suku laut di Batam mengalami marjinalisasi atau peminggiran, kurangnya akses dan tak dianggap.
Menurutnya pemerintah daerah harus memahami hak-hak mereka yang dijamin dalam UNDRIP (United Nations Declaration on Indigenous Peoples) dan konvensi Hak Asasi Manusia (HAM) internasional lainnya yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia.
“Kami menemukan kondisi suku laut di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau dalam keadaan memprihatinkan, baik secara ekonomi, sosial dan budaya,” ucapnya.
IMA meminta pemerintah daerah maupun pusat untuk turun memperhatikan kondisi masyarakat adat asli tanah Melayu tersebut.
Kondisi itu ditemukan Nukila Evanty dalam menjalankan program fellow pada International Indigenous Women’s Forum (FIMI) selama dua hari pada tanggal 16-17 Mei 2024 di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Setidaknya terdapat dua kampung suku laut yang menjadi lokasi penelitian yaitu di Suku Laut Air Mas, Pulau Tanjung Sauh, Nongsa Kota Batam dan Suku Laut Pulau Dare, Belakang Padang Kota Batam.