Hari itu, Senin, 11 April 1955, beberapa penduduk Kelurahan Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna melihat sebuah pesawat terbang rendah dalam keadaan terbakar melintas di langit.
Pesawat itu jatuh di laut diantara perairan Pulau Jalik dan Pulau Penganak, Natuna. Pesawat yang mengangkut 19 orang awak dan penumpang itu merupakan pesawat yang membawa delegasi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk menghadiri Konfrensi Asia Afrika di Bandung.
Peristiwa monumental itu hingga kini menjadi sejarah yang selalu dikenang bagi warga di Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri.
Tak banyak yang tahu terkait keberadaan sisa-sisa puing-puing pesawat carteran Kashmir Princess yang jatuh di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri ini.
Kendati beberapa bagian besar sudah dievakuasi pada masa itu, namun sebagiannya lagi masih teronggok di dasar laut hingga kini.
Kecamatan Bunguran Barat pun secara tak langsung menjadi bagian sejarah dalam perjalanan Konfrensi Asia Afrika (KAA) pertama tersebut.
Pemerintah lokal bersama masyarakat di Sedanau, Bunguran Barat pun masih menjaga situs ini, sebagai saksi perjalanan sejarah dunia.
Lokasi puing-puing pesawat Kashmir Princess ini berada di dasar laut.
Hanya sedikit wisatawan yang sengaja berkunjung melakukan wisata diving. Namun tidak banyak, karena memang tidak banyak yang tahu.
Jika air laut surut, diantara Pulau Jalik dan Penganak, maka bisa dilihat bekas-bekas puingnya dari atas perahu, masih ada beberapa bagian yang utuh.
Titik lokasinya sendiri sebenarnya menjadi spot diving dan situs wisata sejarah yang punya nilai historis tinggi dalam sejarah dunia.
Jarak perairan titik jatuh pesawat Kasmir Princess ini 9 mil dari Pulau Sedanau. Sementara itu, di Sedanau pun ada semacam tugu semen dengan bentuk pesawat. Ternyata tugu itu menandakan lokasi Kampung Karang Princess.
“Dulu waktu kejadian, masyarakat Sedanau turut membantu memberikan perawatan dan penyelamatan kepada korban pesawat jatuh itu. Di dalam pesawat ada tokoh politik tiongkok dan wartawannya. Dari 19 awak dan penumpang hanya 3 yang hidup,” terang tokoh pemerintahan di Natuna yang pernah menjabat Camat Bunguran Barat, Asmarajuana.
Lokasi dimana tempat korban di rawat dan jenazah yang meninggal di kuburkan itu kini diberi nama Kampung Karang Princess.
Kuburan para korban pesawat Kashmir Princess itu pun tidak jauh dari tugu itu, bisa ditempuh dengan jalan darat menaiki sepedamotor sejauh 2 kilometer.
Adanya kejadian jatuhnya pesawat Kashmir Princess ini yang membuat pemerintah RI pada saat itu mempercepat pembangunan pangkalan udara di Natuna, yang kini bernama Lanud Raden Sadjad di bawah Komando Operasi 1 (Koops 1 Angkatan Udara RI)
Selanjutnya: Sejarah Dunia Pengeboman Pesawat Kashmir Princess 1955