KepriStory KepriZona Headline

Mengenal Kebaya Labuh yang Didukung Kepri Sebagai Warisan Budaya ke UNESCO

320
×

Mengenal Kebaya Labuh yang Didukung Kepri Sebagai Warisan Budaya ke UNESCO

Share this article
Dok. instagram @sanggarlembayungtanjungpinang
banner 468x60

KEBAYA LABUH masih terasa asing dan jarang terdengar, Mellyana Anggraini dari Komunitas Pelestari Kebaya Labuh, Perwakilan Dewan Kesenian Kepulauan Riau mengungkapkan busana tersebut telah populer di masa Kerajaan Melayu Riau Lingga di era 1800-an.

Kala itu kebaya yang masuk mengalami adaptasi karena kultur Indonesia yang erat dengan agama Islam sehingga ada perubahan gaya.

Baca Juga:  Puluhan Penumpang Kapal Kelud Tertipu Tiket Palsu, Kapolda Kepri Sidak Langsung di Pelabuhan

“Labuh artinya panjang dan longgar, alkulturasi kebudayaan Islam membuat kebaya saat itu harus menutupi aurat sehingga dibuat longgar dengan etika sopan santun,” ungkap Mellyana.

Menurutnya sejak zaman Kerajaan Lingga-Riau, kebaya labuh telah menjadi pakaian tradisional perempuan Melayu Lingga. Dalam perkembangannya kebaya labuh juga dikenakan di luar Lingga, hingga ke Riau daratan.

Baca Juga:  Bupati Natuna Temui Menekraf, Dorong Geopark Natuna Masuk Jaringan UNESCO

“Kebaya labuh yang potongan longgar memiliki kekek atau kain segi empat yang dilipat untuk membentuk lekuk ketiak dan ber-pesak di bagian depan. Untuk menutup belahan depan, biasanya dikenakan krongsang (peniti tiga serangkai/peniti ibu-anak),” sambungnya.

Selanjutnya: Kebaya Labuh diajukan single nomination ke UNESCO