KEBAYA LABUH masih terasa asing dan jarang terdengar, Mellyana Anggraini dari Komunitas Pelestari Kebaya Labuh, Perwakilan Dewan Kesenian Kepulauan Riau mengungkapkan busana tersebut telah populer di masa Kerajaan Melayu Riau Lingga di era 1800-an.
Kala itu kebaya yang masuk mengalami adaptasi karena kultur Indonesia yang erat dengan agama Islam sehingga ada perubahan gaya.
“Labuh artinya panjang dan longgar, alkulturasi kebudayaan Islam membuat kebaya saat itu harus menutupi aurat sehingga dibuat longgar dengan etika sopan santun,” ungkap Mellyana.
Menurutnya sejak zaman Kerajaan Lingga-Riau, kebaya labuh telah menjadi pakaian tradisional perempuan Melayu Lingga. Dalam perkembangannya kebaya labuh juga dikenakan di luar Lingga, hingga ke Riau daratan.
“Kebaya labuh yang potongan longgar memiliki kekek atau kain segi empat yang dilipat untuk membentuk lekuk ketiak dan ber-pesak di bagian depan. Untuk menutup belahan depan, biasanya dikenakan krongsang (peniti tiga serangkai/peniti ibu-anak),” sambungnya.
Selanjutnya: Kebaya Labuh diajukan single nomination ke UNESCO