Natuna – Pertumbuhan ekonomi di Natuna masih sangat lesu sejak pandemi Covid 19 beberapa waktu lalu. Hal itu bisa dilihat dari daya beli masyarakat yang hingga kini masih lesu.
Misalnya di pusat perbelanjaan di sekitar Ranai ibukota kabupaten, di sentra pengolahan ikan dan hasil laut Natuna.
Beberapa pedagang hanya dapat bertahan, tanpa memperoleh keutungan lebih.
Baca juga: Pemilihan Desa Antikorupsi Nasional, Desa Limau Manis Natuna Wakili Kepri
Wasli, salah seorang pedagang ikan asap mengatakan, sejak delapan bulan lalu menempati salah satu kios di sentra pengolahan ikan, Ia hanya mendapat penjualan ikan asap Rp 50 ribu per hari.
Tidak ada pembeli yang datang ke sini. Hanya sesekali Ia membuatkan pesanan buah tangan warga yang ingin berpergian ke Batam.
“Kalau ada orang berangkat ke Batam, biasanya pesan disini. Tapi tidak setiap hari,” keluh Wasli, Rabu (17/5).
Baca juga: Disorot Plt Menkominfo Mahfud Md, Proyek BTS Mangkrak hingga Kepri
Sepinya penjualan ikan asap miliknya, hampir tidak mampu membayar kebutuhan pokok semisaltagihan listrik dan air.
Sementara fasilitas yang disediakan pemerintah daerah sendiri sudah cukup lengkap. Mulai dari lemari freezer, konter penjualan, bahkan disediakan mesin pengolahan abon ikan dan pengelolaan bakso.
“Sudah beberapa bulan ini kami harus patungan membayar air bersih. Beberapa kios sudah dilakukan pemutusan oleh PDAM, memang tidak sanggup lagi bayar,” ujarnya.