EkonomiStory KepriTanjungpinangZona Headline

Matahari Padam, Bazaar Menjamur: Ada Apa dengan Ekonomi Tanjungpinang?

3469
×

Matahari Padam, Bazaar Menjamur: Ada Apa dengan Ekonomi Tanjungpinang?

Share this article
Bazar UMKM, Street Food di kawasan Bintan Center, Kota Tanjungpinang yang digelar akhir pekan Jumat-Sabtu. (Foto: Antara)
banner 468x60

KOTA GURINDAM kini sedang diuji kerasnya zaman. Awal Mei 2025, publik dikejutkan dengan hengkangnya Matahari Dept Store dari Tanjungpinang City Center (TCC), disusul deretan supermarket lain yang memilih angkat kaki. Lorong-lorong yang dulu ramai seperti Merdeka, Gambir Pasar Lama, hingga swalayan Global di Batu 7, kini senyap. Lapak-lapak tutup, pasar kian lengang. Ada apa gerangan?

“Menurunnya daya beli, ditambah pukulan efisiensi dan tekanan makro ekonomi,” begitu kata Chaidar Rahmat, pemerhati ekonomi yang aktif menyoroti kondisi kota ini. Data dari Asian Development Bank juga bikin terenyuh: 60 persen rakyat Indonesia dikategorikan miskin dengan belanja harian cuma Rp20.000. Angka ini selaras dengan realita di Tanjungpinang yang makin terasa berat napas ekonominya.

Baca Juga:  Bupati Natuna Desak Bappenas Prioritaskan Pembangunan Infrastruktur Daerah 3T

Tak hanya itu, kurs dolar yang tembus Rp17.000 makin menekan. “Jangankan borong, nak nawar pun tak sanggup kalau nggak ada duit,” ujar Chaidar, menohok rasa. Sektor mikro dan daya beli masyarakat nyaris tak punya tenaga lagi untuk mendongkrak pertumbuhan.

Namun, di balik kemuraman ekonomi formal, geliat UMKM justru menunjukkan denyut yang beda. Setiap petang hingga malam, deretan bazaar menjamur mulai dari Pelabuhan Sri Bintan Pura hingga Teluk Keriting. Kuliner khas Melayu, jajanan kekinian, hingga playground anak, semua berpadu menciptakan keramaian—meski sesaat.