FAJAR belum sepenuhnya menyingsing di perairan Tanjung Rhu, Malaysia, ketika tragedi memilukan itu terjadi.
Pada Jumat (24/1/2025), pukul 03.00 dini hari waktu setempat, lima pekerja migran Indonesia (PMI) nonprosedural menjadi target tembakan petugas Agensi Penguatkuasa Maritim Malaysia (APMM).
Suara letusan memecah gelap, membawa duka mendalam bagi Indonesia: satu nyawa melayang, sementara lainnya terkapar luka.
Di balik angka dan istilah “nonprosedural,” tersimpan cerita manusia yang mencoba mencari harapan di negeri seberang. Namun, yang mereka temui hanyalah kekerasan dan luka.
Kini, di Jakarta, Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Christina Aryani, mengecam keras peristiwa yang mengguncang nurani ini.
“KemenP2MI mendesak pemerintah Malaysia untuk segera mengusut peristiwa ini dan mengambil tindakan tegas terhadap petugas patroli apabila terbukti melakukan excessive use of force,” ujarnya dengan nada tegas, dalam konferensi pers, Minggu (16/1/2025).
Dalam pernyataannya, Christina tidak hanya mengutuk keras dugaan penggunaan kekuatan berlebihan, tetapi juga memastikan perhatian penuh pada para korban.
Ia mengungkapkan bahwa kementeriannya sedang menelusuri asal daerah para korban untuk memberikan pendampingan maksimal, mulai dari perawatan medis hingga pemulangan jenazah.