Matahari siang menyengat di halaman Mapolresta Barelang, Kamis (6/2/2025). Namun, panas itu tak mengusik langkah Siti Hawa atau yang akrab disapa Nek Awe.
Bersama dua warga Pulau Rempang lainnya, Sani Rio dan Abu Bakar, ia datang dengan kepala tegak. Mereka menghadapi panggilan polisi, tetapi hati mereka dipenuhi keyakinan bahwa perjuangan ini bukan untuk diri sendiri—melainkan untuk tanah kelahiran yang mereka cintai.
Di belakang mereka, puluhan warga Pulau Rempang berkumpul. Para ibu, bapak, anak-anak, dan pemuda berjejer di luar pagar Mapolresta. Mereka ingin menemani ketiga warganya masuk ke dalam, namun pagar besi dan barisan petugas menghalangi niat mereka.
Adu mulut sempat terjadi antara Tim Advokasi Solidaritas Nasional untuk Rempang dan aparat kepolisian. Namun, warga tetap bertahan. Mereka menolak pulang sebelum pemeriksaan selesai, menunjukkan solidaritas yang tak tergoyahkan.
Sementara proses pemeriksaan berlangsung, ibu-ibu yang datang dari berbagai penjuru Pulau Rempang membentangkan poster. Karton-karton sederhana dengan tulisan tangan mencerminkan jeritan hati mereka:
“Hentikan Tindakan Kekerasan Terhadap Masyarakat Rempang”
“Polisi Pengayom Pelindung Masyarakat, Tegakkan Keadilan”